Sunday, September 22, 2013

Beranda » » Wow, Yakuza dan Prostitusi

Wow, Yakuza dan Prostitusi

[imagetag]

Quote:[imagetag]
Yakuza memang sebuah paradoks. Keberadaan mereka di Jepang bukan seperti sebuah kelompok rahasia. Semua orang Jepang tahu siapa yakuza. Bahkan polisi dan politisi juga mengetahui eksistensi kelompok ini. Selama ini mereka seperti saling memiliki kode etik dalam persinggungannya.

Yakuza hidup dari pemerasan, judi, prostitusi, obat bius, penyelundupan, pencucian uang, serta memberi proteksi keamanan pada perusahaan-perusahaan konstruksi dan real estate, termasuk menyediakan jasa buruh dan penyelidik swasta. Mereka, menurut teman saya, melakukan pekerjaan di mana orang lain tidak mau melakukannya. Umumnya pekerjaan ini dikenal dengan istilah pekerjaan rendah, kotor, dan berbahaya.

Kali ini saya hanya membahas salah satu bisnis Yakuza yaitu PROSTITUSI

Pelacur Anak dan Remaja
Lelaki Jepang banyak yang suka pada anak kecil yang biasa mereka sebut loli. Tarif yang dikenakan paling murah sekitar 20.000 yen atau Rp 2 juta per jam. Richard menuliskan seorang gadis berusia 17 tahun harus melayani sedikitnya lima lelaki hidung belang setiap harinya. Jelas pelacuran apalagi anak dan remaja melanggar hukum, yaitu UU antiprostitusi dan UU kesejahteraan anak. Pelacuran yang disebut enjokosai ini tumbuh subur seiring banyaknya penyimpangan seks di kalangan pria Jepang.

Live Chatting Mesum
Perkembangan internet juga dimanfaatkan Yakuza. Mereka menyiapkan jaringan internet dimana para pria hidung belang bisa mengobrol dengan gadis-gadis di bawah umur. Tidak hanya mengobrol, bisa saja para pelanggan meminta para gadis ini untuk melepaskan baju. Yakuza bisa mengantongi keuntungan 220 juga yen atau Rp 22 miliar dari bisnis ini.

Quote:[imagetag]

Ayam Kampus Ala Yakuza
Di Jepang, banyak mahasiswi yang menjual diri. Hal ini dimanfaatkan oleh para Yakuza. Mereka memanfaatkan biaya kuliah dan biaya hidup yang tinggi agar mahasiswi ini terjerat prostitusi. Para mahasiswi ini memang tidak selalu melayani urusan ranjang. Ada juga yang menemani tamu pria di karaoke, teman kencan, hingga foto model seksi. Tarifnya rata-rata 20.000 yen atau Rp 2 juta sekali kencan.

Pijat++
Seperti biasa, ada panti pijat yang dipakai hanya sebagai kedok untuk melakukan hubungan intim yang tak semestinya alias prostitusi. Hal yang sama juga yang dilakukan para Yakuza ini. Untuk satu jam, tarif pijat bisa 11.000 yen atau Rp 1,1 juta. Makin banyak variasi, makin mahal.

Sushi di Tubuh Wanita
Gaya makanan yang menyajikan sushi di atas tubuh wanita yang telanjang ini disebut nyotaimori. Hal ini dilarang di Jepang, tapi para Yakuza menjalankannya di tempat prostitusi yang mereka kelola. Untuk layanan seperti ini, setiap orang dikenakan tariff 15.000 yen atau Rp 1,4 juta. Kalangan pimpinan Yakuza menikmati nyotaimori sambil minum minuman keras dan ditemani para wanita yang siap memberikan pelayanan.

DVD Porno
Penghasilan Yakuza dari bisnis DVD porno minimal 3 juta yen atau Rp 300 jutaan dari satu toko saja. Film porno di Jepang sebenarnya diperbolehkan asal legal. Syaratnya, alat kelamin harus disensor atau diburamkan oleh produser film. Namun, tentu Yakuza tak mau menyensornya. Inilah yang membedakan film mereka dengan film legal yang beredar.

Bisnis Yakuza di dalam bidang prostitusi memang besar dan banyak. Seringkali pekerjaan yang dikerjakan dengan tidak halal, buntutnya juga tidak akan membuahkan apa-apa. Ada yang giat mencari uang dengan cara yang tidak halal, namun toh tidak dapat dia nikmati juga. Bersyukur dan berusaha dengan Tuhan, tentu membuat bisnis yang kita jalankan akan berhasil.

Sumber:
http://internasional.kompas.com/read...er.Uang.Yakuza



Sumber: Gudang artikel unik http://gudang-artikel-unik2.blogspot.com/2013/09/yakuza-dan-prostitusi.html