Wednesday, June 5, 2013

Beranda » » Wow, Mahasiswi “Plus-plus” Berkedok Pemandu Wisata Incar Turis Asing

Wow, Mahasiswi “Plus-plus” Berkedok Pemandu Wisata Incar Turis Asing

432215

[imagetag]

ilustrasi

Mahasiswi "Plus-plus" Berkedok Pemandu Wisata Incar Turis Asing Mahasiswi "plus-plus" nyatanya tidak sebatas yang nongkrong di kafe atau mal-mal besar. Mahasiswi "plus-plus" juga ada yang berperan sebagai tour guide alias pemandu wisata.

Mereka mengincar wisatawan mancanegara yang tengah berlibur di Indonesia. Salah satu mahasiswi plus berinisial L, mengungkapkan hal tersebut kepada Warta Kota (Tribunnews.com Network) di Kafe Memories di Jalan Jaksa, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (1/6/2013) petang.

Dari seluruh 'mahasiswi plus' yang ada, jenis inilah yang paling legal. Mereka bisa melaporkan ke polisi apabila pemakai jasa mereka tak mau membayar uang yang telah dijanjikan. Sebab ada perjanjian legal sebelum memulai jasanya.

L mengungkapkan, mereka bisa melapor ke polisi karena sebelum memulai pekerjaannya sebagai tour guide 'plus' selalu membuat perjanjian di atas materai. Perjanjiannya mengenai jasa pemandu wisata. "Makanya itu kan legal secara hukum. Kami bisa melapor apabila mereka kemudian berbohong," kata L yang kini kuliah di Fakultas Hukum salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta.

Perempuan berkulit putih ini mengaku, pernah nyaris jadi korban penipuan oleh seorang bule Australia yang memakai jasanya. Saat itu masih tahun 2004, dia baru saja berkecimpung sebagai tour guide 'plus'. "Ketika itu saya diajak ke Bali. Perjanjiannya dia harus membayar Rp 10 juta. Tapi si bule itu kemudian hanya membayar Rp 5 juta," kata L.

Lantaran tidak senang, L mengancam akan memolisikan bule itu. Tapi, belum sempat dibawa ke kantor polisi, bule itu memilih membayar uang jasa kekurangannya.

Cara kerjanya, kata L, dia mencari konsumen di klub malam di kawasan Jakarta Selatan. Atau ia pun kerap mencari lewat jejaring sosial media di internet. Seperti Dating Asia, Tagged, dan Adult Find Finder.

Sejak dari pertemuan di dunia maya itulah tawar-menawar sudah terjadi. Semuanya tak dapat dipastikan dari sisi harga maupun waktunya. Biasanya untuk jalan-jalan selama satu sampai dua minggu L menarik bayaran Rp 5 juta. Lalu untuk sebulan bisa Rp 10 juta sampai Rp 15 juta. "Rata-rata mereka hanya sebulan di sini. Soalnya visa untuk orang asing berlibur kan hanya sebulan," kata L. Dia mengaku sudah sejak 2004 mulai menjual jasa tour guide 'plus'.

Sejak menjajakan jasa tour guide 'plus' ini, dia sudah pernah melayani berbagai wisatawan asing. Mulai dari Swiss, Swedia, Inggris, Belanda,dan Australia. Bahkan wisatawan Asia seperti dari Kuwait, Arab Saudi, Qatar pun sudah pernah dia layani.

L adalah salah satu mahasiswi 'plus' yang bersembunyi dibalik embel-embel tur guide. "Kalau saya karena alasan ekonomi. Ayah saya hanya pekerja yang gajinya Rp 800.000 sebulan. Soalnya dia kerja dengan orang lain," kata L, warga Jakarta Selatan ini.

L mengaku kuliah di sebuah universitas swasta di Jakarta Pusat mengambil jurusan Akuntansi. Setiap semester, L membayar uang kuliahnya sendiri sebesar Rp 10 juta. Bukan cuma itu, dia juga membiaya kuliah salah satu adiknya. Tiap semester dia harus membayar uang kuliah adiknya sebesar Rp 17 juta. Dari bekerja sebagai tour guide plus ini, perempuan ini dua tahun lalu sudah bisa membeli mobil Innova. Dia pun punya dua motor untuk dipakai adik-adiknya. Sedangkan uang tabungannya mencapai Rp 78 Juta. "Kalau orangtua bertanya saya kerja apa, saya bilang tour guide dan mereka pun percaya saja," kata dia kepada Warta Kota.

sumber



Sumber: Gudang artikel unik http://gudang-artikel-unik2.blogspot.com/2013/06/mahasiswi-plus-plus-berkedok-pemandu.html