Saturday, August 24, 2013

Beranda » » Wow, Gaya Ahok Menjelaskan tentang “Ahok Center”

Wow, Gaya Ahok Menjelaskan tentang “Ahok Center”

Gaya Ahok Menjelaskan tentang �Ahok Center�

[imagetag]
Gaya Ahok ketika menjelaskan tentang Ahok center (Youtube Pemrpv DKI Jakarta)

Keberadaan Ahok Center sempat memojokkan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Berawal dari publikasi Badan Pengelolaan Keuangan Daerah (BPKD) Pemprov DKI Jakarta, pada Rabu, 14 Agustus 2013, mengenai daftar 18 perusahaan yang memberi sumbangannya berupa Corporate Social Responsinility (CSR) kepada warga di Rusun Marunda, Jakarta Utara. Di dalam rilis yang dibagi-bagikan kepada wartawan itu terdapat nama Ahok Center sebagai mitra kerja BPKD.

Adalah pengamat ekonomi Faisal Basri yang mengangkat pertama kali persoalan ini. Dia mempertanyakan keberadaan Ahok Center sebagai mitra kerja Pemprov DKI Jakarta. Menurutnya, hal itu sangat tidak bisa dibenarkan, karena rawan penyimpangan dan dengan demikian telah terjadi penyalahgunaan wewenang oleh Ahok. Karena jelas, Ahok Center adalah produk politik Ahok pribadi. Dicurigai pula ada niat jelek Ahok di balik itu, yakni demi popularitas dan kepentingan politik pribadinya.

Dari sinilah timbul polemik yang cukup ramai terjadi. Namun, setelah ditelusuri duduk persoalan sebenarnya, kegaduhan polemik tersebut sebenarnya tidak perlu lagi dilanjutkan.

Saya sendiri sempat kecewa kepada Ahok ketika pertama kali membaca berita tersebut. Apa yang dikemukakan Faisal Basri ada benarnya, kalau memang Ahok Center itu benar-benar sengaja dibentuk oleh Ahok � berbadan hukum ataupun tidak, benar mereka merupakan mitra yang ditunjuk, baik resmi, maupun tidak, oleh dan menerima bayaran dari Pemprov DKI Jakarta. Tetapi, ternyata semua itu tidaklah demikian.

Saya percaya dengan integritas Faisal Basri. Dia tidak bermaksud buruk ketika menyampaikan opininya tentang Ahok Center ketika itu. Dia menyatakan pendapatnya itu berdasarkan data yang ada. Yakni, laporan yang dipublikasikan oleh BPKD yang mencantumkan nama Ahok Center sebagai mitra itu. Ternyata data tersebut tidak benar. Bukan disengaja, tetapi lebih karena ada terjadinya kesalahpahaman yang dilakukan oleh BPKD DKI Jakarta. Ahok juga tidak menyalahkan BPKD.

Ahok Center itu bukan bentukkan Ahok. Bahkan keberadaan (nama) Ahok Center itu pun baru diketahui Ahok setelah muncul kegaduhan itu. Bukan pula sebuah perubahan nama dari LSM yang pernah dibentuk Ahok pada 2007 yang bernama Center for Democracy and Transparancy (CDT), sebagaimana diberitakan.

Semua CSR itu berbentuk barang, sehingga tidak ada yang namanya dana segar (fresh money). Yang disebut Ahok Center pun tidak punya rekening bank. Tidak menerima gaji, honor, bonus, atau apapun dari Pemrov DKI. Mereka sama sekali tidak ikut mengelola CSR itu. Mereka hanya terdiri dari relawan-relawan yang membantu Pemprov DKI untuk mengawasi agar semua bantuan CSR itu tepat sasarannya.

Mengenai keterlibatan relawan sebagai pengawas itu, berawal dari pengalaman Ahok sendiri ketika Pemprov DKI melakukan upaya relokasi korban banjir Pluit ke rusun Marunda itu. Beberapakali Ahok melakukan kunjungan mendadak sendiri, termasuk di malam hari, bahkan sempat sampai menyamar, dari situ diketahui adanya ketidakberesan kerja Unit Pelaksana teknis (UPT) Rusunawa Marunda itu. Ada oknum-oknum yang bukannya mempermudah, malah mempersulit warga yang hendak pindah ke sana.

Adanya ketidakberesan itu terbukti dengan Jokowi mencopot Kepala UPT Rusun Wilayah I Dinas Perumahan DKI Jakarta sampai dua kali. Pertamakali pada Januari 2013, Jokowi mencopot Kusnidar sebagai Kepala UPT. Baru enam bulan berlalu, pengganti Kusnidar, Jati Waluyo, pun dimutasikan oleh Jokowi.

Ahok sebagai pelaksana program-program kerja Jokowi itu tentu juga trauma dengan kebiasaan lama PNS-PNS yang suka mempersulit warga, atau bahkan memanipulasi bantuan kemanusiaan. Jangankan bantuan seperti CSR itu, bantuan untuk pengungsi bencana alam pun tak segan-segan oknum-oknum itu memanipulasinya. Tak perduli mereka yang berhak menerimanya sedang sengsara di tempat pengungsian, antara hidup dan mati.

Untuk dapat mengelola bantuan CSR perusahaan kepada para warga pengungsi Rusun Marunda, Ahok menugaskan Kepala Suku Dinas Sosial Jakarta Utara, Ika Lestari Adji. Namun, karena keterbatasan tenaga untuk dapat mengecek satu per satu kamar di Rusun Marunda, Ahok pun menugaskan akuntannya, di luar PNS DKI, untuk mengecek kamar itu.

Dari akuntan itu kemudian relawan-relawan Jokowi-Ahok selama Pilkada DKI 2012, termasuk mereka yang dari CDT, turut membantu mengawasi permasalahan Rusun Marunda. Kemudian, untuk mempermudah sebutan, relawan-relawan itu menamakan diri sebagai Ahok Center. Jadi, meskipun bernama Ahok Center. Sebenarnya, ada juga relawan dari Jokowi. Mereka berinisiatif untuk membantu mengawasi proses penyampaian barang-barang dari bantuan CSR itu, agar jangan ada warga yang dipersulit, dan semua barang diterima oleh yang berhak sesuai dengan yang seharusnya.

Harus diingat bahwa semua barang-barang (lemari, ranjang, televisi, kulkas, televisi, dan lain-lain) itu bukan diberikan kepada penghuni rusun Marunda itu (menjadi hak milik mereka), tetapi mereka hanya dipinjamkan secara gratis. Semua bantuan CSR itu tetap menjadi aset Pemprov DKI. Oleh karena itu mereka dilarang keras menjual perabot-perabot tersebut. Kalau sampai menjualnya akan dilaporkan polisi dengan tuduhan melakuan tindak pidana penggelapan.

Yang disebutkan Ahok memberi gaji langsung dari kantongnya sendiri kepada relawan-relawannya (CDT) sebesar Rp 2,2 juta itu bukan khusus untuk mengawasi bantuan CSR itu, tetapi memang sejak didirikan relawan-relawan Ahok itu sudah menerima gaji tersebut. Kemudian ketika ada masalah dan proses pemberian bantuan CSR di rusun Marunda, mereka pun ikut membantu melakukan pengawasan itu bersama relawan-relawan lainnya. Termasu relawannya Jokowi.

*

Penjelasan Ahok

Ahok sendiri mengatakan di Rusun Marunda itu ada 28 blok. Setiap blok ada 100 unit. �Kalau saya yang jalani satu per satu kamar untuk diperiksa, mana sanggup saya? Para relawan kemudian berinisiatif mengawasi bilik-bilik itu. Mana yang kosong, mana yang disewakan kembali (sesuatu yang sangat dilarang), apakah ada TV-nya yang hilang, kulkasnya hilang, � Mereka ini yang menamakan dirinya Ahok Center,� kata Ahok kepada sejumlah wartawan di kantornya pada 16 Agustus lalu.

Penjelasan Ahok secara panjang-lebar mengenai kasus ini ketika itu sebenarnya sudah cukup jelas. Wartawan, atau siapapun dapat melakukan pengecekan langsung di lapangan, apakah Ahok berkata benar, atau tidak. Faktanya, sekarang isu ini pun berangsur-angsur hilang.

Di penjelasannya itu, yang bisa anda lihat di tayangan Youtube di bawah artikel ini, Ahok menjelaskan relawan-relawan itu tak mempunyai hubungan dengan CSR. Apalagi mengelolanya. Pengelolaannya serta hal-hal lain yang terkait dijalani sendiri oleh Dinas Sosial DKI Jakarta. BPKD harus mencatat semua bantuan CSR itu sebagai aset Pemprov. Karena bukan diberikan kepada penghuni, tetapi hanya dipinjamkan.

Ahok sendiri mengaku baru tahu keberadaan Ahok center itu dari laporan BPKD itu. Dia pun sempat terkejut. Apalagi kemudian diikuti dengan banyaknya kritikan keras yang diarahkan kepadanya, yang cenderung mencurigainya telah melakukan manipulasi dan penyalahgunaan wewenang.

Yang namanya Ahok Center itu tidak ada akta notarisnya, tidak ada MoU-nya, tidak ada rekening banknya, tidak ada yang namanya dana (fresh money) di CSR, semua berbentuk barang. Perusahaan-perusahaan itu langsung memberikan sumbangannya CSR-nya kepada Dinas Sosial Pemprov dan dicatat oleh BPKD DKI Jakarta.

Lu Kira Gua Korup Banget?

�Lu kira gua korup banget? Lu pernah dengar gak ada pejabat yang berani nantang orang periksa harta, pajak, dan biaya hidupnya?� kata Ahok kepada sejumlah wartawan yang mewawancarainya mengenai Ahok Center itu.

Lanjutnya kepada wartawan, �Lu mau kerja sama gua juga boleh, asal kagak dibayar. Lu mau bikin A center, B center, C center, apa saja center-center, terserah lu. Asal kagak bayar. Gua butuh banyak orang awasi rusun, taman, �.�

Ahok pun bercerita, �Ibu pencatat dari BPKD saya tanya, kenapa mencatat nama Ahok Center? Katanya, karena ada relawan-relawan itu yang datang melapor mengenai kondisi-kondisi unit-unit, mereka menempel nama Ahok Center (di pakaiannya).�

�Kenapa kamu bilang mitra Ahok Center?� kejar Ahok.

�(Ibu itu menjawab) Abis di sana itu orang-orang itu tempelnya Ahok Center itu yang kasih tahu kita. Unit ini kosong, unit ini nggak bisa ditinggalin. Jadi, kita anggap itu mitra kita.�

�Saya baru tahu. Saya kaget. Sejak kapan ada Ahok Center?!�

�Yang digaji itu LSM (CDT). Bukan Ahok Center. Keduanya berbeda.�

�Emangnya Ahok Gua Patenin?�

Dengan gaya khasnya yang terkesan semakin emosional Ahok berkata lagi kepada para wartawan itu, �Sekarang, kalau ada orang jualan pake nama Ahok segala, apa gua bisa larang? Emangnya Ahok gua patenin? Ada Bakmi Ahok, Martabak Ahok. Kwetiauw Ahok ��

Seorang wartawan bertanya, �Jadi, apakah yang salah ini BPKD?�

Ahok mengatakan, tidak. Dia tidak menyalahkan anak buahnya.

�Saya tidak bilang dia salah. Dia kan mau jujur saja. Dia kan mau transparansi. � Saya kira BPKD tidak salah. Yang salah kalau mitra kerja dia gaji. Itu BPKD salah, korupsi mereka. Dia kan apa adanya?�

Nada bicara Ahok semakin meninggi ketika dia berkata lagi, �Yang tau CSR-CSR yang sumbang itu. Kamu yang temukan atau kah kami yang yang kasih tau? Kamu bisa tau, PT A sumbang sekian, PT B sumbang sekian, PT C sumbang sekian, si Anu sumbang sekian, kamu yang temukan, atau kami yang kasihtau anda, para wartawan?!�

Seorang wartawan menjawab, �Dikasihtau.�

�Ya, udah .. apa yang masalah?� seru Ahok sambil membentang kedua tangannya ke samping, �Sama juga yang kemarin. Soal temuan uang operasional. Saya yang buka atau kalian yang temukan? Makanya, Fitra diam sekarang. Kami yang meng-clear. Kalau kami mau menyembunyikan sesuatu yang salah, kami mau buka atau nggak sama kalian? Kalau kami mau menyembunyikan sesuatu yang salah, kami mau buka nggak sama kalian, wartawan? Ini, kami yang buka. Lalu kenapa sudah kami buka, kalian cari-cari? Kalau itu adalah kesalahan kami, kami tidak mau buka. Kami umpetin, terus kamu yang temukan, kamu ribut, boleh. Ini saya yang buka, kok. Kami yang kasih tau ini tenaga-tenaga CSR. Waktu itu kamu tuntut, siapa saja itu CSR, kami kasih tau. Apanya yang masalah dengan CSR?�

Ahok Menantang LSM Antikorupsi

Ahok mengakhiri pernyataannya yang meluap-lupa itu dengan gaya menantang:

�Makanya, orang yang sok-sokan antikorupsi, sok-sokan bilang penyalahgunaan wewenang, pernah nggak bilang, periksa harta pejabat, periksa biaya hidup dia? Kenapa kami yang buka semua (yang dijadikan sasaran tembak), dulu CSR, pejabat yang kantongin sendiri, pernah kamu pernah ribut nggak? Tidak pernah ribut, toh? Terima duit dari perusahaan-perusahaan. Dari mana bukti dia terima duit? Kamu tanyakan kepada dia, pajak kamu bayar berapa, kok anak kamu sekolah di situ? Punya mobil mewah 2-3 miliar, rumah begitu mewah? Dari mana? Nggak ada yang tanya kalian. Itu yang saya marah. Tanya, dong, LSM yang sok antikorupsi!�

Para wartawan rupanya sudah terbiasa dengan gaya Ahok yang sering berapi-api seperti itu, mereka hanya tersenyum dan tertawa-tawa saja dimarahin Ahok seperti itu. Mereka tahu, meskipun bergaya keras dan emosiaonal seperti itu, sesungguhnya hati dan niat Ahok itu tetaplah baik. Nanti panasnya itu sebentar juga sudah dingin.

Meskipun demikian, Ahok juga sebaiknya belajar lebih bisa mengendalikan dirinya, agar jangan terlalu mudah terbawa emosinya terus. Seperti, yang pernah dinasihati Jusuf Kalla, tegas dan keras memang sangat diperlukan untuk membangun Jakarta yang sudah terlampau banyak rusaknya, apalagi banyak premannya itu. Namun ada waktunya diperlukan juga kelembutan. Terutama saat melakukan negosiasi. ***

Videonya:

[imagetag]

[imagetag]

Sumber:
http://hukum.kompasiana.com/2013/08/...er-586203.html

Semoga pada uda jelas dan mengerti..... [imagetag][imagetag][imagetag]
Hanya pihak yg mencari-cari kesalahan org yg tidak mengerti yg mgkn tingkat kepintarannya sudah sangat tinggi diatas semua org..... [imagetag][imagetag][imagetag]



Sumber: Gudang artikel unik http://gudang-artikel-unik2.blogspot.com/2013/08/gaya-ahok-menjelaskan-tentang-ahok.html